Notorious
Ada yang mengganggu sore itu ketika sepulang kerja, menanti kereta di sebuah stasiun. Layar lebar berukuran 2x3 meter yang terpampang di dinding yang selalu menjadi “teman” para penumpang yang sedang menunggu kereta, menayangkan spot iklan tentang Philippines. Durasinya hanya beberapa detik, dalam tampilan beberapa slide. Ada pohon kelapa dengan sunset sebagai latar belakangnya. Ada pula gambar gadis dengan senyum ramah. Apa yang mengganggu? Karena itu tentang negara lain dan bukan tentang negeriku. Tidak pernah sekalipun saya mendapati promosi tentang Indonesia di sini.. :-((
Begitu sering saya melihat, mendapati, menonton ataupun membaca promosi tentang negara lain di sini. Malaysia dengan slogan Truly Asianya ataupun India dengan motto “Incredible Indianya”. Belakangan Brunei dan Philippines pun mulai gencar. Lalu ke mana negeriku?
Jika anda sering menyimak CNN atau BBC , tayangan iklan tentang Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam ataupun India pasti akrab di mata. Dan meski ditayangkan terpisah, promosi tentang air lines merekapun sering bermunculan.
Malaysia misalnya, menggambarkan diri dengan keragamannya yang (katanya) membuat mereka kaya akan kebudayaan. Itulah sebabnya mereka mengklaim sebagai “Truly Asia”.
Tapi coba simak yang mereka tawarkan melalui iklan tersebut! Wanita berpakaian khas Dayak, pantai pasir putih, air terjun di pegunungan ataupun beberapa orang utan yang bergelantungan di pohon. Seratus persen Indonesia!! Lalu kenapa mereka berani mengklaim demikian? Atau kenapa kita tidak mengklaim hal serupa lalu menanamkan trade mark di kepala orang orang?
Thailand pun begitu. Mereka menawarkan pantai, jajanan ataupun kebudayaan buat menarik minat orang untuk datang. Bukankah kita punya lebih banyak pantai yang tidak kalah indahnya? Beraneka macam jajanan? Dan meski mereka dikenal dengan negeri seribu pagoda, toh kita punya Borobudur yang megah ataupun Prambanan? Lalu mengapa ? Kenapa? Why? Warum? Pourquoi? Limadza? Por qué? Indonesia tidak menampilkan hal yang sama?
Selama tahun 2005 hampir sekitar 16 juta orang tourist yang berkunjung ke Malaysia dan memberikan income sebesar 8 miliar dollar. Mereka menargetkan 20 juta tourist untuk tahun ini. Thailand, kurang lebih punya angka yang idak berbeda jauh. Indonesia? Menurut Tourism Indonesia, selama January-May'06, kita cuma dikunjungi 1.5 juta wisatawan luar negeri. Yang menyedihkan, angka itu menurun sebesar 8 persen dibanding tahun lalu dengan periode yang sama.
Tapi menurut saya bukan cuma angka angka itu yang menyedihkan. Lebih daripada itu adalah wajah negeri ini di dunia luar. Saya ingin sering mendengar orang lain berkata begitu indahnya Indonesia, begitu nikmatnya masakan khas kita ataupun begitu nyaman terbang bersama Garuda Airlines.
Bukan komentar mereka tentang Indonesia yang muncul di TV atau koran di sini. Bukan tentang gempa saja, lumpur yang meluap, hutan yang terbakar, penyakit menular, tentang bayi yang mati kelaparan ataupun tentang demo yang berujung anarkis.
siebenundzwanzig.elf.nullsechs (Mo.)
Baca selanjutnya.....