Superstitious

Siang itu tampak dua orang anak kecil berjaket tebal, memakai penutup kepala dan sarung tangan sedang asyik mengejar-ngejar beberapa burung yang ada di sekitar sebuah taman bermain. Langkah-langkah kecil dari kaki mereka terlihat terlalu lemah untuk mengimbangi kelincahan sang burung dan meski tangan tangan mungil itu direntangkan semaksimal mungkin, burung burung tersebut hanya butuh satu dua kepakan sayap untuk menghindari mereka kemudian hinggap lagi tak jauh dari situ, seakan mempermainkan si anak. Beberapa meter ke belakang, ibu ibu mereka asyik berbicara seperti tidak memperdulikan apa yang dilakukan anak mereka. Sesekali mereka menoleh memperhatikan tingkah laku anaknya, tersenyum, lalu kembali sibuk berbicara sesama mereka. Tidak ada kekhawatiran apalagi rasa takut, meski anak anak mereka sedang mengejar-ngejar burung gagak.

Saya melihat pemandangan itu sambil tersenyum. Bukan hanya karena tingkah anak anak kecil tersebut, tapi juga karena membayangkan bahwa hal yang begini mungkin sulit didapati di Indonesia. Selain karena burung gagak memang jarang ditemui, burung hitam bersuara parau tersebut juga dianggap keramat.
Soal kenapa dianggap keramat, sampai sekarang saya tidak tahu asal mulanya.Yang jelas sedari kecil sdh muncul anggapan tentang itu. Nasib si gagak ini begitu meyedihkan karena dianggap identik dengan ilmu sihir, kematian ataupun kabar buruk lainnya.

Di tahun 80an, kalau nonton film film horor made in Indonesia, hampir selalu ada burung gagaknya. Biasanya si burung gagak jadi peliharaan si tokoh jahat (nenek sihir atau dukun jahat) dan jika si burung gagak sudah hinggap di dekat rumah si tokoh protagonis sambil berkoak koak, bisa dipastikan tidak lama kemudian dia akan mengalami sesuatu yang tidak diharapkan.

Dan lagi lagi saya tidak tahu pasti siapa yang mempengaruhi siapa. Apakah film horor yang menyebabkan timbulnya opini tentang gagak pembawa sial atau film cuma memvisualisasikan mitos yang sdh lama berkembang di masyarakat.
Bukan cuma soal gagak, sejak kecil saya banyak mendengar hal hal serupa. Sesuatu yang dianggap pembawa sial atau tingkah laku alias kebiasaan yang harus dihindari supaya "selamat".
Mulai dari tidak boleh potong kuku pagi/malam hari, lampu kamar mandi yang tidak boleh dimatikan, tidak boleh memaku tembok buat yang istrinya lagi hamil sampai harus segera berdiri meninggalkan meja makan setelah makan.
Saya yakin anda pasti tahu pantangan pantangan lainnya yang tidak saya sebutkan di atas karena biasanya lain daerah, lain budaya, lain pula pantangannya..:-)
Lucunya (atau ironisnya) orang orang yang "agamanya" kuatpun kadang masih saja percaya meski mereka sadar agama mengajarkan untuk tidak mempercayai hal hal yang bersifat takhayul.


Sampai sekarang, di masyarakat kita yang konon sudah modern, sudah lebih berpendidikan, ternyata masih saja banyak yang senang bergelut dengan hal begini. Mungkin itulah sebabnya kenapa sinetron yang menjual cerita superstitious masih laku dan digemari. Kenapa berita tentang kereta api yang jalan sendiri ataupun kolor ijo seperti beberapa tahun lalu sampai menghiasi koran2 skala nasional dan dipercaya oleh sebagian masyarakat kota besar seperti Jakarta sekalipun.

Kenapa? Karena cerita cerita ataupun larangan larangan bersifat pamali yang tidak punya alasan logis masih saja diajarkan kepada anak anak kita. Pemahaman2 logis yang diajarkan, tumbuh bersama doktrin doktin tak masuk akal lainnya di otak mereka. Setelah dewasa, meski berpendidikan bagus, tetap saja otak mereka sulit untuk menyangkal hal2 bersifat superstitious meski kadang mereka sadar itu irrasional. Dan jika ajaran2 itu kembali mereka teruskan kepada anak anak mereka, maka selama itulah superstitious akan menghiasi kepala masyarakat kita.

Daripada sibuk berkutat dengan "dunia lain", lebih baik kita menghabiskan waktu belajar tentang dunia luar. Apakah itu budaya orang luar, teknologi ataupun pengetahuan mereka. Daripada menghabiskan waktu berdebat soal kebenaran kolor ijo misalnya, lebih baik jika kita berdiskusi tentang apa yang bisa dipelajari dari negara tetangga yang semakin jauh meninggalkan kita. Saya yakin masih banyak hal yang perlu kita pelajari tentang dunia luar tersebut. Selain bermanfaat, hal itu pasti rasional.


elften.elften.nullsechs.

___________________________________________

3 Comments:

  • itulah bedanya western dengan eastern, orang timur cenderung kurang rasional tapi saya yakin tidak semuanya, dan mas donnie salah satu yang tidak =)

    By Anonymous Anonymous, At 8:26 PM  

  • mas donnie..
    shaiia jd pengen ikutan ke sana..
    huhuhuw..

    By Blogger sHaa, At 8:46 PM  

  • thanks guys sdh mau mampir.

    orang western juga terkadang rada2 superstitious tp dlm wujud berberda. Misalnya ada juga yang percaya kalung membawa keberuntungan..etc.

    By Blogger Donnie, At 10:07 AM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home