Kampf ums Überleben

Sejak beberapa bulan ini Polisi di Muenchen mencari para pengemis yang mulai banyak berkeliaran di pusat keramaian. Sebagian besar berasal dari Eropa Timur yang sejak bergabungnya negara mereka ke dalam Uni Eropa, semakin sulit untuk “dijaring” diperbatasan. Yang menarik adalah pengakuan dari beberapa orang diantara yang tertangkap tentang kehidupan mereka.

Thorsten Dörfler, seorang polisi mengatakan bahwa meskipun dalam sehari pengemis tersebut terkadang bisa mengantongi 100-150 Euro, kenyataannya mereka hanya mendapatkan 10 Euro dan sisanya harus diserahkan kepada “kepala suku” yang membekingi mereka. “Si kepala suku biasanya datang setiap 2-3 jam sekali untuk mengumpulkan uang yang berhasil didapat,” lanjut Dörfler.

“Hidup kami tidak layak,” kata Julia yang berasal dari Rimavska, Slovakia yang sering datang ke Muenchen hanya untuk mengemis. “Kami tidak punya kerjaan di sana dan tunjangan yang kami terima dari negara tidak cukup untuk hidup,” lanjutnya.
Dia dan ribuan orang di Rimavska hanya punya satu cara untuk survive, “mengemis” di luar negeri. Hampir sebagian besar dari mereka tinggal di gedung2 tua, tanpa air dan tanpa listrik karena tak sanggup membayar. Satu2nya sumber air untuk mereka adalah semacam sumur yang dipakai bersama2.
Seperti yang lainnya, dia juga “berhasil” menjadi pengemis di Muenchen berkat bantuan seseorang yang mengatur segalanya. Ketika ditanya berapa yang harus dibayarkan kembali ke orang tersebut, Julia menolak memberitahu.

Lain lagi yang diungkapkan oleh Roland Balogh, 21 tahun yang juga sering ke Jerman hanya untuk mengemis. Selain karena butuh uang untuk survive, dia menjadi pengemis karena orang tuanya sering meminjam dari rentenir dan tak sanggup membayar kembali pinjaman yang ditambah bunga yang tinggi.
“Jika ibu tak punya uang untuk membeli makanan, kadang dia meminjam dari tetangga. Saya mengemis untuk membayar kembali hutang itu,” ujarnya.
Dia tinggal bersama orang tua, saudara dan ipar2nya di sebuah apartment satu kamar di mana listrik dan air tidak tersedia. Ayahnya, Barnabas Balogh menambahkan, “Jika kami tidak membayar hutang tepat waktu, mereka akan mengancam ataupun memukul kami. Jika tetap tak mampu, mereka akan memaksa salah satu anggota keluarga untuk jadi pengemis di luar negeri sampai hutang kami lunas”.

Menteri Sosial Slovakia, Ludovit Kanik ketika ditanya apakah negaranya malu karena hanya bisa “mengirim” penduduknya ke Negara lain untuk mengemis, balik bertanya, “Apanya yang mesti malu? (sejak bergabung dengan EU) perekonomian kami membaik, pengangguran berkurang?”


Source: ZDF online
Kampf ums Überleben = Berjuang untuk Hidup.



___________________________________________

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home