Menghamili Istri Orang Lain

Masih ingat dulu saat sebuah film remaja berjudul "Buruan Cium Gue" menuai kritik di mana mana. Tak kurang sampai ormas ormas tertentu juga ikutan protes terhadap film tersebut yang dianggap provokatif dan bisa merusak moral generasi muda.

Yang lucu (dengan senyum kecut), saya tidak mendapati berita kontra sedikitpun sampai saat ini mengenai film komedi yang baru muncul "Maaf, Saya menghamili Istri Anda", meski terlepas dari isinya -menurut saya- judulnya jauh lebih provokatif dan menjerumuskan dibanding film pertama di atas. Untuk orang orang film yang terlibat yang mempunyai ide tentang judul tersebut, tujuan utamanya pasti untuk menarik perhatian. Kalau sudah tertarik, orang bakal nonton dan ujung ujungnya film tersebut bisa mendatangkan keuntungan ekonomis. Soal terpikir tidaknya mereka tentang ada berapa anak usia belasan yang membaca judul tersebut tanpa bisa memfilter baik buruknya atau orang tua yang kebingungan menjelaskan arti "menghamili" pada anaknya yang kebetulan melihat poster film tersebut, adalah hal yang keseratus sembilan puluh tujuh dalam daftar pertimbangan mereka.

Menjelaskan kata "menghamili istri" saja bisa membuat orang tua kehilangan kata kata, apalagi menjelaskan arti "menghamili istri anda" alias "menghamili istri orang lain"?.
Bisa jadi ada yang berargumen bahwa ini hanya film komedi dan karenanya tidak perlu dianggap terlalu serius. Tapi bukankah itu tetap berbahaya? Lalu tidak bisakah mereka mencari judul yang lebih sopan tanpa mengurangi nilai komersial film tersebut?.


Saya jadi ingat dengan kasus majalah Playboy Indonesia. Kantornya dirusak, diobrak abrik, orang orang di belakangnya dihujat dan dikejar kejar. Belakangan malah diadili. Apanya yang salah? Pertama, hukum dan ajaran agama apapun melarang kita untuk bertindak anarkis dan sadis. Kalaupun dianggap merusak moral, tidak perlu anarkis daKedua, Playboy yang beredar di Indonesia tidak "segarang" saudara2nya di luar negeri. Kalaupun tetap dianggap vulgar dan tidak sesuai dengan norma agama dan bangsa kita, okelah. Tapi bukankah jauh sebelum majalah tersebut beredar, sudah banyak majalah dewasa yang mengumbar aurat beredar di pasaran. Apalagi setelah kebebasan pers merambah, majalah dan tabloid yang senada seirama bertaburan di mana mana. Dan itu sudah menjadi rahasia umum. Sama umumnya dengan perdagangan film film biru di daerah Glodok. Kenapa cuma satu yang ditebang sementara yang lain yang lebih dulu berakar dibiarkan tumbuh?

Bukankah kalau atap rumah kita kebetulan bocor di ruang makan dan di ruang tamu, dua duanya tetap harus diperbaiki? Kita tidak bisa bilang "betulin yang di ruang tamu aja dulu, kan malu kalau ketahuan sama tamu!" atau "betulin yang di ruang makan aja dulu, yang di ruang tamu bocornya masih kecil dan gak bakal bikin rumah kebanjiran!"..:-)

Karena keduanya mengganggu, keduanya harus diperbaiki. Memperbaiki salah satu dan membiarkan yang lainnya hanya akan memperlambat "bencana" yang akan datang.

Atau jangan jangan, orang orang yang suka timbul tenggelam tersebut -nyerang yang sini sementara yang sana dibiarin- cuma ingin cari perhatian, lalu dapat nama kemudian ujung ujungnya mendapat udang dari sang batu.





Baca selanjutnya.....
___________________________________________

John versus John

Yang pertama adalah John Rambo yang pertama kali muncul tahun 1982 dalam First Blood. Veteran Vietnam yang disiksa dan dipermainkan oleh Sheriff dan anak buahnya yang kurang suka dengan pendatang. Sang jagoan kemudian mengamuk, lari ke hutan dan menjebak musuhnya, menjadikan mereka seperti mangsa. Tidak ada yang bisa menghentikan dia saat itu sampai mantan komandannya ketika masih di Vietnam datang membujuk.

Beberapa tahun kemudian dia muncul kembali, kali ini di habitat aslinya di Vietnam. Diutus pemerintah untuk melepaskan tawanan2 perang yang selama ini sudah dianggap "Missing in Action", memaksa dirinya sekali lagi mengumbar keahliannya dalam bergerilya.

Sequel ketiga dari John Rambo menceritakan saat dia harus ke Afghanistan, menyelamatkan mantan komandannya yang ditawan oleh Rusia. Di sini, dia dibantu oleh pejuang2 Afghanistan yang kebetulan juga sedang berperang melawan Rusia. Meski harus bergerilya diantara gunung gunung yang cadas, dia tetap sulit dihentikan.

Sulit buat saya untuk menentukan yang mana dari ketiga sequel tersebut yang paling menarik. Meski secara komersial Rambo II yang unggul, tapi aksi aksi yang ditampilkan pada Rambo III cukup menghibur. Bagaimana dia menghancurkan helikopter musuh dengan panahnya ataupun saat bermain berkuda sambil memperebutkan bangkai domba bersama teman2 barunya, masih terekam di kepala.

John yang satunya adalah John Mclane. Polisi urakan yang selalu berada di tempat tepat tapi pada saat yang salah. Dimulai saat dia terkepung di sebuah gedung yang dibajak oleh sekelompok teroris. Lalu kemudian di sebuah Airport, saat ingin menjemput istrinya, yang lagi lagi dikuasai oleh teroris untuk membebaskan seorang gembong obat obatan yang kebetulan satu pesawat dengan sang istri. Terakhir, pada sequel ketiga sosok Mclane muncul saat sedang frustasi setelah bercerai dengan sang istri dan diskorsing oleh NYPD tapi kemudian harus memecahkan "teka teki" yang dibuat oleh seorang penjahat demi menghindarkan kota dari bom yang sudah dipasang di mana mana.


Sequel film Rambo dan Die Hard adalah film2 favorit saya di masa lalu. Pun saya yakin, penggemar2 film tahun 80-an (kecuali Die Hard 3 yang released pertengahan 90an) pasti kenal dua John ini. Sama yakinnya bahwa penggemar mereka tidak sabar lagi untuk menunggu kelanjutan kedua film tersebut musim panas ini.


Sosok Stallone dengan ikat kepala, perut six packs dan lengan berotot sambil menenteng bazooka begitu gampang diingat. Tidak heran, film yang membuatnya menjadi salah satu aktor termahal tahun 80an bagaikan trend setter saat itu. Begitu banyak film film yang bercerita tentang perang Vietnam dibuat setelahnya. Mulai dari film kacangan sampai film berbudget besar yang juga lumayan sukses seperti Missing in Actionnya Chuck Norris. Tokoh jagoan dengan otot berbongkah bongkah juga jadi kewajiban pada waktu itu.

Menurut saya, sampai sequel ketiga, Stallone masih meninggalkan "kesan yang baik" di mata penggemarnya. Sayang setelah itu, bisa dibilang dia gagal untuk menciptakan film2 box office lagi. Dengan pengecualian terhadap Lock Up, Cliffhanger dan The Assassins yang lumayan laris, film2nya yang lain lebih sering jeblok di pasaran. Sebut saja Avenging Angelo, Get Carter ataupun Cop Land. Tokoh Rocky yang membawanya ke puncak ketenaran pun tak mampu membawanya kembali ke jejeran aktor papan atas Holywood. Sekarang, setelah hampir dua puluh tahun berlalu, dengan fisik yang sudah tidak sekekar dulu (terlihat gemuk dan lamban), Stallone bertaruh dengan segala kemampuannya. Mencoba mengulangi masa jayanya. Tapi jika mengecek trailer
Rambo IV di Youtube, saya pesimis dia bakal sukses.

John Mclanenya Bruce Willis sedikit berbeda. Ceritanya lebih menjual karena film dengan adegan tembak menembak, kejar2an mobil, somehow, sampai saat ini masih diminati.
Ketika Die Hard released pertama kali, banyak orang yang langsung suka dengan action yang ditawarkan. Toh selain sequel Die Hard, Bruce Willis tetap berada di "jalur yang benar" selama ini. Artinya, namanya tidak pernah betul betul tenggelam seperti Stallone. Sebut saja diantaranya The Jackal, Armageddon, atau Sixth Sense yang sukses menjaga pamornya.

Kedua sosok tersebut datang kembali tahun ini. Tentu saja dengan alasan komersial. Dengan mengandalkan kesuksesan sosok tokoh keduanya di masa lalu, para pembuat film mencoba mengajak para penonton untuk bernostalgia kembali dengan tokoh jagoan mereka. Siapa yang untung, siapa yang buntung, penonton yang menentukan pada akhirnya.



Baca selanjutnya.....
___________________________________________