Bayern 2 Madrid 1

Aroma pertandingan champions league antara FC Bayern melawan Real Madrid sudah mulai terasa di sekitar stasiun kereta Marienplatz, junction menuju ke Frottmaning, tempat stadion Allianz Arena berada. Jam di tangan menunjukkan pukul 18.21 saat saya berada di sana. Tram tram yang lewat dipenuhi oleh fans beratribut berwarna merah yang terdiri dari beberapa kelompok. Mereka memasang bendera Jerman dan FCB di jendela jendela tram. Aparat Polisi beserta petugas security dari MVV (local transportation company) terlihat berjaga di mana mana. Beberapa kelompok fans membentuk lingkaran dan bernyanyi sambil menunggu kereta yang datang. Tampak beberapa orang yang masih berusaha mencari tiket, berdiri sambil memegang selembar karton yang bertuliskan " Suche 1 Karte" (mencari 1 tiket).

Di dalam kereta, mereka tetap saja bernyanyi. Sesekali berhenti, berdiskusi membicarakan peluang Bayern untuk ke babak berikutnya lalu setelah itu kembali bernyanyi. Saya hanya tersenyum memperhatikan mereka. Usia mereka beragam. Dari anak kecil sampai oma-oma yang rambutnya sudah putih semua. Ada yang berangkat bersama teman temannya, ada yang pergi bersama pasangan, ada beberap orang cewek belasan tahun yang berkelompok, sementara ada juga diantara mereka satu keluarga, terdiri dari ayah ibu dan dua anak laki laki yang masih kecil. Menonton langsung sepakbola di stadion adalah hiburan segala umur di sini. Tanpa batas usia, tanpa batas gender. Hal itu disebabkan karena selain kualitas permainan dan fasilitas stadion yang memadai, kenyamanan dan keamanan juga relatif terjaga. Hampir semuanya lengkap dengan pernak pernik FCB. Mulai dari kostum, topi, syal sampai pin pin berlogo Bayern mereka kenakan. Saat tiba di Frottmaning, stasiun sudah penuh dijejali orang. Disepanjang perjalanan menuju stadion yang berjarak sekitar 400an meter dari stasiun kereta, semakin banyak orang yang memegang kertas dengan tulisan mencari tiket. Beberapa diantara mereka berasal dari Jepang.

Tepat jam delapan, Oliver Kahn dan kiper cadangan Michael Rensing muncul di lapangan untuk melakukan pemanasan. Penonton, tanpa dikomando, langsung bersorak, melambaikan bendera merah putih yang disediakan di setiap seat sambil berkoar menyebut.."Olli...Olli..Olli..". Beberapa menit kemudian giliran pemain2 Real Madrid yang muncul yang langsung disambut dengan siulan dan suitan bernada mengejek. Hal ini berlanjut saat nama2 pemain yang akan diturunkan Real Madrid malam itu dibacakan oleh stadion announcer, siulan dan suitan yang memekakan telinga semakin bergemuruh sampai sampai saya tidak bisa mendengar nama pemain dengan jelas.

Tingkah laku dan gaya mereka hampir tidak ada bedanya dengan penonton di Indonesia. Siulan mengejek akan bergemuruh saat pemain lawan yang menguasai bola. Ketika, pemain mereka dilanggar, penonton akan segera berteriak protes meminta tendangan bebas, tapi jika pemain Madrid yang dilanggar, apalagi jika wasit meniup peluit, penonton serta merta menentang dan menghina wasit. Pemain FCB pun mendapat perlakuan yang sama. Jika melakukan manuver yang bagus akan mendapat tepukan. Begitu melakukan kesalahan, caci maki yang didapat. Wasit tidak ubahnya seperti bunglon di mata penonton. Kadang dicaci maki tapi semenit kemudian diberikan tepuk tangan saat mengambil keputusan yang dianggap menguntungkan Bayern.

Dua orang yang duduk di samping kiri kanan saya termasuk penonton yang agak vokal dan over reaktif. Saya tidak bisa menghitung berapa kali kata caci maki keluar dari mulut mereka, yang ditujukan kepada wasit, pemain Madrid dan pemain Bayern sendiri. Mereka sering kali juga berlagak bak Ottmar Hitzfeld. Berteriak mengarahkan jika pemain Bayern yang menguasai bola."Mainkan...!" "Tahan, lihat teman dulu!"...atau "Lari..lari..lari..anjing malas!", Penonton di sekitar kami sering tertawa melihat tingkah mereka. Saat Bayern unggul 2-0, stadion terasa bergetar menahan gemuruh mereka. Kelompok penonton di sebelah Selatan yang tepat berada di belakang gawang Casillas langsung serempak menyanyikan koor, "..Aufwiedersehen....Aufwiedersehen Madrid...Aufwiedersehen..." (Sampai Jumpa, Sampai Jumpa Madrid).

Saat Madrid memperkecil kekalahan menjadi 1-2 dan waktu normal masih tersisa 10 menit lagi, suasana berubah menjadi tegang. Dua orang di samping saya ini lebih banyak diam, tidak bersuara. Beberapa penonton lainnya menggigit gigit kuku pertanda stress. Begitu diumumkan bahwa injury time adalah 4 menit, lagi lagi caci maki yang keluar dari mulut penonton. Hampir semuanya beranjak berdiri dari kursi mereka sambil berharap harap cemas. Namun suasana berubah ceria, saat peluit panjang dibunyikan. Mereka kembali bernyanyi bahkan hingga di kereta menuju pulang.



___________________________________________

1 Comments:

  • wah, pengen banget bisa nonton live pemain kelas dunia, tapi kapan ya?

    hmmm.. rupanya penonton dimana2 sama ya? selalu lebih pintar dari pemain..
    sama gak dengan bonek surabaya? ;)

    Salam untuk olliver kahn kalo ketemu lagi. :D

    By Anonymous Anonymous, At 9:01 AM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home