Rabun Hood

Apa persamaan antara Robin Hood (RH) dan penjahat2 kerah putih (koruptor) di tanah air? Sama sama pencuri. Perbedaannya? Sudah jelas. RH masih memilah milih siapa yang akan menjadi korbannya sementara kriminil birokrasi senang sekali main hantam kromo. Kata teman saya, ibarat nelayan, mereka ini nelayan “sejati”. Ikan besar, ikan kecil semua dijaring tanpa mikir akibatnya. Instead of Robin Hood, tikus tikus berwujud manusia ini lebih layak disebut Rabun Hood. Maksudnya, mata dan hatinya rabun untuk melihat dan merasakan penderitaan orang lain.

Hampir sebulan yang lalu teman teman saya datang mengunjungi kami. Mereka sebelumnya tour ke Austria sebagai hadiah dari kantor lalu kemudian melanjutkan perjalanan a la backpacker ke beberapa kota besar di Eropa dengan biaya sendiri. Ngakunya sih emang backpacker, tapi kalau melihat gaya mereka berbelanja sana sini, bisa bikin saya dan istri terkagum kagum sambil geleng kepala.
Selain belanja untuk diri sendiri dan keluarga, mereka juga belanja atas dasar pesanan kolega mereka di Indonesia. Salah satu diantara mereka bertiga ada yang membeli tas perempuan merek Louis Vitton pesanan rekanan di tanah air.

Lalu apa hubungannya dengan legenda sang pangeran dari Sherwood Forest? Singkat cerita, saatnya buat mereka untuk kembali ke tanah air. Masalah muncul ketika tiba di tempat kedatangan luar negeri di bandara Soekarno Hatta dan tertangkap mata oleh petugas bea cukai. Mereka itu bertiga. Dua diantaranya adalah orang Indonesia yang kebetulan bermata sipit dan berkulit putih (saya tidak mau menyebut mereka warga keturunan) dan satunya adalah keturunan (keturunan jawa). Diperiksalah mereka, dan kedapatanlah mereka membawa beberapa buah jam tangan sebagai buah tangan untuk keluarga - yang harga sebijinya gak seberapa - plus tas merek LV ini. Gak tanggung tanggung mereka dimintai untuk membayar “pajak” sebesar tujuh juta rupiah. Dan pada akhirnya, setelah pasang muka memelas dan hasil merayu yang panjang, mereka bertiga lolos dengan membayar satu setengah juta rupiah. Tentu saja uang tersebut tidak masuk ke kas negara.

Seperti perhiasan, orang Indonesia yang bermata sipit dan para TKW sangat “eye catching” buat petugas di bandara. Entah dalam wujud apa -secara fisik - mereka tampak di mata petugas, yang jelas penumpang penumpang bermata sipit dan atau tampang tampang lugu berjilbab khas TKW, dianggap sapi yang sah sah saja untuk diperas. Dianggap punya duit berlebih jadi tidak keberatan untuk berbagi.

Untuk memeras warga “Indonesian Chinese” mungkin masih bisa dimengerti – meski tidak bisa dibenarkan – karena mereka yang ke luar negeri kebanyakan berasal dari golongan makmur. Tapi kalau para TKW diperas? Orang yang bertahun tahun berpisah dengan keluarga, kerja kasar di negeri orang, tidak jarang mendapat siksaan psikis dan fisik di sana, begitu tiba di tanah air malah dihisap darahnya oleh saudara sebangsa sendiri.

Kami suka miris sendiri melihat perlakuan terhadap mereka. Di bentak, disuruh berkumpul di tempat terpisah, digiring seperti domba di padang rumput, tidak boleh ada satupun yang keluar dari kelompoknya, dipaksa menukar duit di tempat tertentu dengan rate tertentu, membayar sesuatu yang tidak jelas dan segala perlakuan lain terhadap mereka yang sering kita baca atau tonton.


Mereka kerja ke luar negeri karena mereka susah di negeri sendiri, negara tidak bisa mampu mengurus mereka apalagi menyediakan kehidupan yang layak. Mereka tidak menyusahkan, tidak pernah minta berlebihan, tidak menjadi borok di masyarakat dan malah keringat mereka mendatangkan uang buat negara. Lalu kenapa mereka harus keluar lewat pintu yang berbeda dengan penumpang lainnya? Kenapa keluarga mereka tidak bisa langsung menjemput? Kenapa mereka diperlakukan seperti manusia buangan?

Dan buat petugas petugas itu, tidak bisakah mereka – setidaknya – memilah milih mangsa seperti Robin Hood?




___________________________________________

1 Comments:

  • saya bermata sipit dan putih, tapi tiap lewat petugas imigrasi slamat2 aja tuh...hahahah...mungkin mereka2 itu udah grogi duluan karena banyak bawa luxurious goods:)

    By Anonymous Anonymous, At 12:50 AM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home