Tidak Semua Lelaki

Mahluk yang bernama laki laki, di jaman sekarang ini, jika punya harta berlebih apalagi dengan imbuhan kekuasaan dan atau ketenaran, SERINGKALI menjadi besar kepala dan lupa diri lalu merasa bisa berlaku adil. Lupa diri dalam artian tidak bisa berpikir jernih. Tidak bisa memakai logika. Entah dia cendekiawan, tokoh masyarakat ataupun public figure, begitu mata bertemu mata, pandang bertemu pandang, lalu jatuh ke selangkangan (ngakunya sih nyangkut ke hati dulu), maka seketika itu pula dia bagai kerbau dicocok hidung.

Primata mammalia yang satu ini kemudian berpikir perlunya berbagi dengan sesama. Maksudnya berbagi dengan sesama manusia yang umumnya berlainan jenis. Pembagian ini BIASANYA terbungkus dalam satu paket. Isinya tentu saja ada harta, terkadang melibatkan hati dan perhatian tapi yang SELALU ikut adalah kelamin.Tentang porsi yang mana yang lebih besar dalam paket ini berbeda beda dari setiap jenis LAKI LAKI.

Ada macam macam alasan ataupun tameng yang dikeluarkannya. Yang pertama tentu saja kitab suci yang menyebutkan dibolehkannya untuk menikahi lebih dari seorang wanita. Sayangnya dalam mengutip ayat tentang yang satu ini, si Laki Laki mungkin SENGAJA mengutip setengahnya saja. Mereka lupa ada syarat keadilan dalam ayat tersebut. Mereka tidak mau tahu bahwa dalam kitab suci juga ada ayat yang menyatakan bahwa satu(istri) lebih baik buat lelaki. Jika sang istri ataupun sang anak merasa tidak ikhlas sedikit saja di dalam hati, bukankah mereka telah teraniaya? Lalu pemimpin yang mana yang bisa disebut adil jika orang orang terdekatnyapun dianiaya? Apa arti adil buat suami itu hanya sekedar menggauli masing masing istri dengan frekuensi yang sama setiap minggu? Atau adil hanya sekedar memberi uang belanja bulanan yang sama? Bagaimana dengan perasaan sang istri ataupun kegalauan hati sang anak?


Tameng kedua buat mereka tentu saja riwayat hidup Rasulullah (peace be upon him).
Kebanyakan lelaki lupa bahwa jaman dahulu jamak orang orang beristri lebih dari satu. Lagipula di tanah Arab pada masa Nabi , wanita dan anak anak yang tidak memiliki suami/ayah akan kehilangan bukan saja sumber pemberi nafkah melainkan status sosial beserta hak haknya dalam masyarakat.
Kalau kita tetap saja ingin meniru sunnah Rasul, kenapa yang satu ini? Mengapa tidak mencontoh suri tauladan Beliau yang rela menafkahkan segala harta bendanya untuk siar agama? Mengapa bukan sifat Nabi yang jujur terpercaya? Atau kebiasaan Nabi yang lebih banyak sujud di malam hari memohon ampun dan keselamatan atas umatnya.


Alasan lain yang juga sering terucap adalah mengangkat derajat sang wanita. Derajat yang mana? Kalau yang dimaksud mengangkat derajat itu adalah perbaikan hidup buatnya, tidak harus dinikahi bukan? Apalagi cuma sekedar dikawini. Kenapa tidak diberi saja tunjangan setiap bulan atau anak2nya (kalau ada) disekolahkan. Bukankah yang begitu jauh lebih mulia dan tidak mengenal pamrih?

Tidak semua lelaki yang bertabiat demikian, tapi yang jelas, teramat banyak.

___________________________________________

2 Comments:

  • AA´ donnie emang gak semua laki2 kayak gitu...tapi rata2 semua laki2 itu paling suka lirik2 kemana-mana kalo lagi jalan2 kecuali kalolagi gak pake kaca mata hehehehe

    By Anonymous Anonymous, At 7:21 PM  

  • Mmm...Tidak semua tapi banyak ya... Kalo gitu kamu yang mana, Don? :):) BTW, thx ya dah mampir; eh.. Niken itu istrimu ya..(sorry, kalo salah)

    By Blogger Leny Puspadewi, At 5:44 AM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home