119

Statement yang menyatakan bahwa setelah kejadian serangan sebelas September di Amrik sana, makin banyak orang yang tertarik untuk mempelajari Islam atau bahkan memeluk agama Islan, mungkin ada benarnya. Seperti yang sering saya dengar, KATANYA, kejadian tersebut membuat orang orang jadi curious dan bertanya sendiri apa betul Islam itu begitu, lalu kemudian mereka mencari tahu serta mempelajarinya.

Sebagai muslim, tentu saja saya senang jika pernyataan tersebut betul dan nyata karena terus terang apa yang saya lihat dan dengar kok jauh kayu dari apinya. Apa iya sih orang non muslim -misalnya- langsung baca tafsir Quran begitu lihat berita di koran atau TV tentang bom bunuh diri? Orang muslim sendiri banyak yang gak nyentuh Quran, kenapa lalu "berharap" orang lain mempelajarinya hanya karena berdasarkan ulasan di media massa yang sangat memojokkan Islam?
Bahwa ada segelintir orang yang jadi penasaran dan jadi mendalami Islam setelahnya, mungkin betul. Tapi saya pribadi juga yakin bahwa yang membenci dan mencaci maki Islam dan pemeluknya jauh bejibun jibun lebih banyak. Yang mengidentikkan Islam dengan darah, bom bunuh diri, barbar dan anti damai, tidak terhitung jumlahnya.


Minggu lalu seantero Jerman dikagetkan dengan penemuan 730 kg bahan peledak di sebuah tempat di Sauerland. Tiga orang (dua orang Jerman muslim dan seorang Turki) yang berada di tempat tersebut ikut dibekuk dan dijadikan tersangka utama. Konon, ketiganya berniat melakukan peledakan di tempat umum atau tempat penting yang berhubungan dengan Amerika. Harian dengan oplah terbesar di Jerman, BILD, menuliskan berita tersebut sebagai headline plus ulasan ulasannya yang sampai menyita 3-4 halaman. Meski agak kaget juga dengan berita tersebut, terus terang saya rada malas membacanya.Bukan apa, yang ada lagi lagi menjelekkan Islam.

Keesokan harinya, BILD masih menurunkan headline yang sehubungan dengan peristiwa tersebut namun kali ini sudah agak lebih seronok. Terbitan hari Jumat, 7 September 2007 tersebut memajang photo Fritz G, pemimpin dari kelompok yang tertangkap sehari sebelumnya. Di sebelah photonya tertulis "Der Muenchner Islamist". Judul headlinenya "So wurde aus Fritz ein Terror Bomber" (maksudnya: bagaimana seorang Fritz menjadi seorang pembom). Di bawah judul yang besar itu dituliskan "Dia memiliki nama Jerman, berasal dari lingkungan yang baik (ayahnya seorang insinyur, ibunya dokter), Fritz G, 28 tahun, pemimpin tersangka utama teror bomber!! Dia memanggil dirinya Abdullah, menyembah Allah, dilatih menjadi teroris di Pakistan.
Bagaimana dia bisa menjadi Islam fanatik?

Membaca tulisan di atas bisa mendatangkan persepsi berbeda beda buat orang yang membacanya. Tapi saya kok jadi tersinggung ya? Apa yang salah dengan Islam? Seolah olah dia yang awalnya pure Jerman masih oke2 saja lalu kemudian menjadi rusak karena mengenal/berpindah ke Islam dan menyembah Allah?


Bayangkan bagaimana efeknya buat pembaca non muslim yang direcokin headline seperti itu!Kemungkinan terbesar adalah mereka begitu saja percaya bahwa ajaran Islam itu memang merusak, seperti darah kotor atau parasit yang harus dienyahkan. Berharap ada yang tergelitik lalu mencari sendiri kebenarannya dalam Al Quran? Boro boro. Wong kalau ditanya kapan terakhir kali mereka membaca Alkitab sendiri atau kapan terakhir kali ke gereja, mereka bisa lupa saking tidak pedulinya. Dengan agama sendiri saja alergi, kenapa mereka harus meluangkan waktu dan tenaga mencari informasi tentang Islam hanya karena membaca berita demikian.

Masih di harian yang sama di halaman lain, ada pertanyaan, "kenapa kebanyakan tersangka pelaku teror bom di Jerman selama ini berasal dari Ulm (sebuah kota kecil di Bayern)?" Jawabnya panjang lebar tapi kalimat pertamanya cukup mengganggu saya, "...karena di Ulm ada pusat informasi Islam (Islamische Informationszentrum)."...:-((

Bukti lain bahwa agama kita sudah kadung dianggap negative, diungkapkan (masih di harian yang sama) oleh Nils von Bergner, 36 thn, pengacara yang baru menjadi mualaf dua tahun lalu. Pria Hamburg ini mengungkapkan kenapa dia menjadi muslim, " Saya tidak puas dengan agama saya sebelumnya. Saya selalu menganggap bahwa Tuhan telah merahmati saya begitu banyak tapi saya tidak (bisa) membayar setimpal." Seorang teman kemudian memberikannya Al Quran pada suatu kesempatan yang kemudian dia baca, tertarik dan beralih agama. Semua teman dan keluarganya kaget, utamanya istrinya yang atheis. "Saya shock, saya butuh waktu lama untuk membiasakan diri dengan kebiasaan barunya. Dia sudah bangun berdoa (sholat) ketika saya masih enak enak tidur. Dan dia melakukannya 5 kali sehari!!!". Toh lama lama sang istri bisa beradaptasi. Yang masih mengganggu selama ini, akunya, pertanyaan2 dari teman2nya. "apakah kamu harus memakai jilbab nantinya?" "apakah suamimu itu tukang tidur (maksudnya karena kebanyakan sholat jadi gak mikirin kerjanya)?. Malah ada yang bertanya, "kamu tidak sedang menyembunyikan bom di balik bajumu bukan?"...





___________________________________________

2 Comments:

  • Memang, peristiwa itu menciptakan banyak perkiraan. ada yang benar, banyaknya malah cenderung diada-ada.

    kira orang muslim seringnya terpojok dengan keadaan seperti ini. tapi bagaimana pun kita harus tunjukkan bahwa islam itu aman, baik, dan rahmat bagis eluruh alam. kalau ada orang muslim yang membuat orang lain dan lingkungannya tidak aman, islamnya perlu dipertanyakan.

    By Anonymous Anonymous, At 7:00 PM  

  • iya nih, kita sebagai muslim harus menunjukkan diri sebagai "rahmatan lil alamien". Di rumah, dengan tetangga, di jalan, di kantor. Mulai dari yang kecil2 aja dulu.

    By Anonymous Anonymous, At 2:55 PM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home