Gillian Gibbons


Ada seorang guru, kebetulan beragama Nasrani, mengajar di sebuah sekolah di negeri yang mayoritas muslim. Suatu hari, saat dia masih beradaptasi dengan lingkungan yang baru sejak tiba beberapa minggu sebelumnya, sang guru yang mengajarkan bahasa Inggris untuk anak2 yang berusia 6-7 tahun tersebut memberi setiap muridnya sebuah boneka teddy bear. Setiap murid harus menuliskan kegiatannya sehari hari bersama sang boneka. Ibarat menulis diary, murid2 diharapkan bisa memperlancar bahasa dan menambah kosa kata mereka.
Untuk lebih akrabnya, setiap murid bisa memberi nama untuk boneka kesayangan mereka. Mungkin ada yang menamai si teddy bear dengan Hasan, Ali, John atau apalah. Seorang murid diantaranya menamai sang teddy dengan Muhammad. Alasannya sederhana, sang murid sendiri juga bernama Muhammad dan ingin memiliki boneka dengan panggilan yang sama.

Dan tiba tiba semua terjadi seperti di sebuah film. Sang guru ditahan, beberapa kelompok muslim marah dan mengecam, sekolah ditutup, murid murid diliburkan tanpa batas waktu yang jelas. Sang menteri bidang hukum di negara tersebut berkoar, “...(she’s) insulting religion and provoking the feelings of Muslims.

Massa berkumpul, bereaksi, tumpah ke jalan sambil membawa kapak, pisau dan menuntut ibu guru untuk dihukum mati!!!

Mudah2an tidak ada yang salah dengan keimanan, pola pikir, otak, hati ataupun perasaan saya sebagai muslim karena saya sama sekali tidak merasa terhina juga tidak terprovokasi. Pertama, karena saya percaya dengan alasan si anak. Kedua, karena saya tidak mau berburuk sangka kepada ibu guru yang belum lama tinggal di negara tersebut.
Alasan lain menurut saya adalah kita tidak perlu terlalu sensitif dan gampang tersinggung dengan hal-hal yang tidak mendasar. Secara psikologis, kedua sifat itu timbul akibat dua hal; tidak mampu mencerna permasalahan secara netral dan logis atau karena sifat rendah diri yang dominan (dan mudah2an reaksi reaksi yang muncul tidak atas dasar alasan yang lain seperti politik dan semacamnya).

Di negeri muslim layaknya di Indonesia, nama Muhammad termasuk yang paling sering digunakan. Entah terletak di depan, di tengah ataupun di belakang nama. Tujuannya jelas mulia, supaya yang empunya nama bisa sedikit (syukur2 kalo banyak) meneladani sifat2 Rasulullah SAW. Tentu saja dari sekian banyak yang bernama Muhammad ataupun nama2 baik lainnya, tidak selalu kelakuan si empunya lurus dengan namanya. Saya punya teman yang namanya diambil dari sahabat Rasulullah SAW tapi kelakuannya lebih condong ke Abu Lahab. Tapi itu dulu, mudah2an sekarang dia sudah kembali ke jalan yang benar.

Di sekitar anda juga mungkin ada kasus yang sama. Jadi kalau ada orang yang bernama Muhammad XXXXX siapa gitu, tapi kelakuan STMJ (Senang Teler dan Main Judi), tidak harus kita menghubung2kannya dengan Rasulullah (peace be upon him) bukan?

Intinya, nama Muhammad sudah terlalu umum bagi kita sehingga nama tersebut tidak harus selalu merujuk kepada Baginda Rasul tercinta.

Nah, kembali ke kasus ini, selain pengakuan sang murid dan keluarganya yang ikut2an shock, bisa jadi ibu Guru mengijinkan nama tersebut murni karena ketidaktahuan. Tak kurang sampai perwakilan masyarakat muslim di UK menganggap reaksi yang muncul di Khartoum sudah terlalu berlebihan dan cenderung dipolitisir.

Baginda Rasul sudah begitu sering memberikan contoh yang baik tentang memaafkan. Beliau memaafkan orang di Mekkah yang sebelumnya menyiksa dan menyulitkan hidupnya, saat Beliau kembali dari Madinah sebagai pemimpin dengan pasukan yang besar. Atau bagaimana beliau menjenguk tetangga Yahudi yang sedang sakit meski sang tetangga tiap hari membuang kotorannya di depan pintu rumah beliau. Dan banyak lagi contoh yang sering kita dengar. Lalu kenapa seorang ibu Guru harus dibunuh untuk hal yang belum tentu dia sengaja? Al Quran mengajarkan jika sampai suatu berita, kita wajib mengecek dulu kebenarannya.

Di mana mana, masih banyak saja orang muslim yang berpikir pendek dan emosional. Celakanya mereka paling lantang berteriak atas nama agama dan seakan2 tindakannya mewakili wajah Islam. Apakah tindakan mereka sebetulnya berlatar belakang politis, pendidikan yang kurang atau masalah ekonomi yang menghimpit, saya tidak tahu. Mudah2an kita termasuk muslim yang baik dalam artian tidak anarkis, tidak mudah diperalat dan bisa berpikir jernih. Amien
wallahualam bis sawab


Gambar dari AP


Baca selanjutnya.....
___________________________________________

Inggris dan EURO 2008


Dari empat tim yang terakhir memastikan tiket tersisa ke Euro 2008, hanya Russia yang sedikit diluar dugaan. Pasalnya, Inggris, calon kuat di group mereka hanya membutuhkan hasil draw, harus takluk di kandang sendiri oleh Croatia yang sebelum pertandingan berlangsung sudah memastikan diri lolos ke Austria-Swiss tahun depan.

Berita di koran koran di Inggris pagi ini seperti mewakili kekecewaan (atau mengejek?) tersebut:

USELESS, pathetic, insipid, spineless, desperate, rubbish and all those other words we are not allowed to print in the nation’s favourite newspaper. (The Sun).

England's Euro 2008 dreams slipped through Scott Carson's fingers at Wembley last night.(The Mirror).

Hopeless, hapless, helpless (The Guardian).

atau harian Eropa lainnya yang menulis:
"England nur noch Fußball-Zwerg (kesebelasan Liliput, BIld Jerman).
Addio Mcclaren...Addio Inghilterra (Gazzetta dello Sport, Italy)
Inglaterra se vuelca (Marca, Spain)... Inggris terjungkal
The Time juga menyoroti tingkah sang pelatih, Big Mac, yang masih sempat memakai payung untuk melindungi diri dari hujan: "Kita belum pernah melihat pelatih sebelumnya yang takut rambutnya menjadi basah di saat menghadapi pertandingan penting".


Salah satu pembaca harian Telegraph memberikan opininya ketika ditanya "What's wrong with the British Football?":

Perhaps the players are just not good enough. Overated, overpaid players who are overhyped by the media coupled up to to a bunch of incompetents at the FA who live very comfortably off the shedloads of money sloshing around football and the result is no surprise. And then all you read about next day is the negative effect on the economy from England's failure.

Penonton pertandingan Jerman vs Wales langsung bersorak begitu mengetahui Inggris tersingkir. Seperti saat Piala Dunia 2006 lalu, mereka langsung mengumandangkan refrain lagu Yellow Submarine yang diplesetkan," ohne England fahren wir zur EM" (tanpa Inggris kita ke piala Eropa).
Bahkan Lukas Podolski mengakui, "ich habe nackt in der Kabine getanzt," (saya berjoget sambil telanjang di ruang ganti).


Well, lupakan Inggris. Biarkanlah mereka larut dengan kekecewaan lalu mengambil pelajaran dari kekalahan tersebut. Terserah jika FA langsung memecat Steve Mcclaren keesokan harinya. Bukan pula urusan kita untuk memikirkan calon pelatih mereka yang baru. Apakah itu Jose Mourinho, Fabio Capello, Martin O Neill atau Ivan Kolev sekalipun. Biarlah mereka sendiri yang menentukan jalan keluar dari krisis.

Ada dua alasan kenapa kita harus (bisa) melupakan Inggris. Pertama, kita orang Indonesia. Toh orang Inggris tidak pernah pusing ketika kita gagal di Piala Asia lalu ataupun digunduli Syria di Pra Piala Dunia kemarin. Saya yakin, jangankan ikut sedih, tentang kegiatan PSSI pun mereka tidak tahu.:-)

Kedua, tanpa Inggris, piala Eropa tetap bakal semarak dan menyajikan pertandingan bermutu. Ingat bagaimana penampilan Inggris di Jerman 2006 lalu? Tidak indah ditonton dan tidak sebanding dengan nama2 tenar pemain mereka. Ingat bagaimana mereka hanya bermain 0-0 ketika menjamu Macedonia October lalu? Lagian sejak sukses menjadi semi finalis 1990, Inggris tidak pernah lagi melangkah jauh di turnamen besar.

Sebaliknya tim tim besar dengan kualitas yang lebih baik masih akan ikut serta di piala dunia mini nanti. Ada Belanda, Italy, Perancis, Jerman, Spanyol. Ditambah dengan Portugal, Swedia dan juara bertahan Yunani. Lalu Turki, Croatia yang tidak jarang tampil mengejutkan.

Yang menarik ditunggu adalah pembagian grup nantinya. Sesuai dengan nilai koefisien yang diberlakukan UEFA, maka setiap kesebelasan diurut menurut "kasta" sebagai berikut:
Unggulan pertama: tuan rumah Swiss dan Austria, Yunani serta Belanda.
Unggulan kedua: Kroatia, Italia, Ceska dan Swedia.
Unggulan ketiga: Jerman, Rumania, Spanyol, Portugal.
Unggulan keempat: Perancis, Polandia, Russia, Turki.

Jika Belanda, Italia dan Perancis berada dalam satu grup, atau misalnya Italia, Jerman ditambah Belanda dipaksa saling menjungkalkan sejak awal, anda bisa membayangkan bagaimana serunya. Kalau sudah begitu, siapa yang merindukan Inggris?

Jadi, see ya (insya Allah) di Swiss dan Austria tahun depan! Merdeka!!

gambar diambil dari Telegraph online.


Baca selanjutnya.....
___________________________________________

Pelukis Jalanan


Michale Boganim, 35 tahun, tidak pernah menyangka bahwa portrait dirinya seharga 5 Euro bakal ditawar oleh sebuah galeri seni di Berlin sebesar 6500 Euro.
Portrait sederhana dari pensil yang menggambarkan wajahnya tersebut dibuat oleh pelukis di pinggir jalan di Paris beberapa saat lalu.

Semuanya berawal ketika Redaktur harian "Frankfurter Algemein" menyampaikan idenya kepada Daniel Richter, salah satu pelukis termahal di Jerman, untuk sekali kali "turun" ke jalan. Ternyata ide itu dianggap menarik oleh pelukis muda yang sedang naik daun tersebut. Jadilah dia menghabiskan satu hari di sebuah pinggir jalan di Paris, "menyamar" sebagai pelukis jalanan.

Malam itu Richter menggambar sketsa 25 orang, satu diantaranya adalah Michale, sutradara film berdarah Israel. Dari semua yang dilukis, hampir semua dari mereka tidak mengenal sang seniman. Sebagai informasi, salah satu lukisan karya Daniel Richter, "Dog Planet", laku terjual sebesar 500.000 Euro (6,5 milyar rupiah)!!

"Beberapa orang sempat melihat ketika dia sedang menggambar saya tapi kemudian berpaling begitu saja seakan mengisyaratkan bahwa gambarnya jelek" ujar Michale.
Wanita yang satu ini tinggal di Berlin dan di Paris. Pacarnya kebetulan mengenali wajah si "seniman jalanan" lalu menyarankannya untuk turut digambar.

"Dia menggambar saya sampai tiga kali," lanjut Michale. "Tampaknya dia kurang puas dan langsung meremas dan membuang dua gambar pertama. Sekarang saya menyesal, seandainya saja saya juga mengambil dua gambar yang dibuang tersebut".

Ketika ditanya bagaimana pendapatnya tentang hasil gambar Richter, Michale menjawab, "Sejujurnya biasa biasa saja menurut saya. Malah terkesan aneh."



sumber: BILD online


Baca selanjutnya.....
___________________________________________